http://i340.photobucket.com/albums/o350/tomrat2212/emon.gif
Whuryou As Niel

Senin, 15 Juni 2015

REAKSI PERISIKLIK PADA SENYAWA 2,4,6-OKTATRIENA





TUGAS KIMIA ORGANIK III
REAKSI PERISIKLIK PADA SENYAWA 2,4,6-OKTATRIENA













Disusun Oleh :
1.      Wuri Cahyani                     
2.      Gloria Anastasia I.        
3.      Mutiara Hapsari               
4.      Kautsar Elvira                
5.      Anwar Jaman                     










UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015



BAB I
PENDAHULUAN

I.1   Latar belakang
Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa organik yang mengandung satu ikatan rangkap dua. Hidrokarbon tak jenuh adalah kelompok hidrokarbon yang mempunyai jumlah atom hidrogen per atom karbon lebih sedikit dibandingkan dengan alkana. Lebih kecilnya jumlah hidrogen ini disebabkan oleh adanya ikatan ganda antara karbon-karbon, baik ganda dua maupun ganda tiga. Kelompok hidrokarbon yang dalam ikatan karbon-karbonnya mengandung ikatan ganda dua dinamakan alkena, dimana perbandingan karbon dan hidrogen dapat ditandai dengan rumus empirik CnH2n.
Berbeda dengan kelompok hidrokarbon jenuh (Alkana), di mana ikatan tunggal C-C merupakan ikatan sigma pada orbital hibrida Sp3 dari dua atom karbonnya, maka pada alkena ikatan ganda dua C=C terbentuk dari ikatan sigma orbital-orbital hibrida sp2 dari dua karbon yang kemudian dilengkapi dengan ikatan p dari satu orbital p yang  tersisa pada masing-masing atom karbon yang bersangkutan. Alkena yang mempunyai lebih dari satu ikatan ganda dua dikenal dengan nama alkadiena, -tiena, - tetraena, atau poliena, secara berturut-turut untuk dua, tiga, empat, atau banyak ikatan ganda dua.
Apabila dalam satu molekul terdapat lebih dari satu ikatan ganda, maka strukturnya perlu digolongkan berdasarkan posisi relatif ikatan-ikatan ganda tersebut. Jika ikatan ganda terletak bersebelahan satu dengan lain, maka kelompok seperti itu  dinamakan terkumulasi. Jika ikatan ganda yang terlibat dalam senyawa menempati posisi berselang-seling dengan ikatan tunggal, dinamakan terkonyugasi, tetapi apabila ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh dua atau lebih ikatan tunggal,maka susunan seperti ini dinamakan terisolasi. Dari ketiga susunan di atas, sistem . terkonjugasi merupakan sistem yang senyawanya banyak ditemukan di alam dengan sifat-sifat kimia yang menarik.
Konjugasi yaitu intraksi electron antara ikatan tak jenuh mempunyai peranan yang sangat penting dalam mnentukan banyak ciri senyawa organic. Konjugasi menunjukan bahwa ciri electron gugus fungsi dapat dipindahkan sepanjang rantai karbon. Ikatan rangkap pada dua karbon karbon yang dalam keadaan biasa dianggap bersifat sebagai nukleofil bila dalam keadaan terkonjugasai dengan gugus penarik electron menjadi bersifat elekrofil.
Suatu diena atau poliena terkonjugasi dapat mengalami reaksi perisiklik. Reaksi perisiklik adalah reaksi serempak yang berlangsung dalam suatu deret siklis elektron pada keadaan transisinya. Reaksi perisiklik terdiri dari reaksi sikloadisi, reaksi elektrosiklik,dan penataan-ulang sigmatropik. Masing-masing reaksi memiliki mekanisme yang berbeda-beda, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih detail mengenai reaksi-reaksi perisiklik khususnya pada senyawa 2,4,6-oktatriena.

I.2   Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini telah dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan reaksi perisiklik?
2.      Reaksi apa saja yang termasuk dalam reaksi perisiklik?
3.      Bagaimana contoh reaksi sikloadisi, reaksi elektrosiklik, dan penataan ulang sigmatropik pada senyawa 2,4,6-oktatriena?

I.3   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan reaksi perisiklik.
2.      Mengetahui reaksi apa saja yang termasuk dalam reaksi perisiklik.
3.      Memahami bagaimana contoh reaksi sikloadisi, reaksi elektrosiklik, dan penataan ulang sigmatropik pada senyawa 2,4,6-oktatriena.

I.4   Manfaat
Berikut ini beberapa kontribusi yang diberikan dalam makalah ini :
a.       Teoretis
Makalah ini memberikan kontribusi ilmiah tentang reaksi perisiklik pada senyawa 2,4,6-oktatriena.
b.      Praktis
Makalah ini dapat membantu menentukan mekanisme reaksi suatu alkena terkonjugasi yang memiliki ikatan ganda lebih dari satu.

BAB II
ISI

II.1Pengertian Reaksi perisiklik
Reaksi perisiklik merupakan reaksi serempak yang berlangsung dalam suatu deret siklis elektron pada keadaan transisinya. Reaksi perisiklik terjadi pada diena ataupun poliena terkonjugasi yang berlangsung dengan mekanisme serempak seperti reaksi SN2 artinya ikatan- ikatan lama terputus ketika ikatan baru terbentuk dan semuanya terjadi dalam satu tahapan. Reaksi perisiklik dikarakteristikan oleh suatu keadaan transisi siklik yang melibatkan ikatan ikatan pi. 
Terdapat tiga tipe utama reaksi perisiklik:
1.      Reaksi Sikloadisi
Reaksi sikloadisi adalah reaksi di mana dua molekul bergabung membentuk sebuah cincin. Dalam reaksi ini dua ikatan pi diubah menjadi ikatan sigma. Contoh reaksi sikloadisi ialah reaksi Diels-Alder. Sikloadisi dibagi menjadi beberapa tipe antara lain sikloadisi [2+2], [4+2], [4+4], [6+2], [6+2], [6+4], dan lain-lain. Dua angka tersebut melambangkan jumlah electron pi yang terlibat dalam suatu reaksi sikloadisi. Berikut ini contoh sederhana reaksi sikloadisi.




Gambar 1
         Sikloadisi etilena atau dua alkena sederhana apa saja disebut sikloadisi [2+2], hal ini karena yang terlibat dalam reaksi adalah dua electron pi + dua electron pi. Sikloadisi (2+2) akan mudah terjadi  jika ada cahaya (sinar UV) dengan panjang gelombang yang sesuai, tetapi tidak mudah terjadi jika campuran reaksi ini dipanaskan. Sedangkan apabila 1,3-butadiena direaksikan dengan etilena akan terjadi sikloadisi [4+2] yang merupakan reaksi Diels-Alder. Reaksi ini memerlukan panas, bukan  hv (cahaya ultraviolet)




Gambar 2
1,3-butadiena memiliki 4 elektron pi dan etilena memiliki 2 elektron pi. Kedua pereaksi dalam reaksi Diels-alder digolongkan sebagai diena dan dienofil. reaksi Diels-Adler tidak berlangsung melalui zat antara bersifat ion, namun diena dan dienofilnya mempengaruhi laju reaksi.
a.       Sikloadisi (2+2)    
Reaksi sikloadisi tipe (2+2) mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gvelombang yang sesuai, tetapi tidak mudah terjadi bila campuran reaksi itu dipanaskan. Mudah dijelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
Pada sikloadisi (2+2) etilena yang menghasilkan siklobutana. Etilen mempunyai dua orbital π : π1 dan π*2.  Dalam keadaan dasar π1 merupakan orbital bonding dan HOMO, sedangkan π*2 adalah orbital antibonding dan LUMO.

Gambar 3
Dalam suatu reaksi sikloadisi, HOMO dari molekul pertama harus bertumpang tindih dengan LUMO dari molekul kedua karena HOMO pada molekul pertama tidak bertumpang tindih dengan HOMO molekul kedua karena orbital tersebut telah terisi. Bersamaan dengan menyatunya orbital π orbital orbital ini juga mengalami hibridisasi menghasilkan ikatan ikatan sigma sp3 baru.
Bila etilena dipanaskan electron π nya tidak dipromosikan tetapi tetap dalam keadaan dasar π1. Jika diperiksa fase fase HOMO keadaan dasar dari molekul etilena dan LUMO dari molekul etilena lain dapat terlihat mengapa siklisasi tidak terjadi oleh imbasan termal.

Gambar 4
Agar terjadi ikatan fase fase orbital yang bertumpang tindih haruslah sama. Hal ini tidak demikian dengan HOMO dan LUMO keadaan dasar dari kedua molekul etilena atau system (2 + 2) apa saja. Karena fase-fase orbital tidak tepat untuk berikatan, maka sikloadisi [ 2+2 ] yang terimbas-termal dikatakan reaksi terlarang-semistri ( symmetry-forbidden reaction ). Suatu reaksi terlarang-simetri dapat terjadi pada beberapa keadaan, tetapi energi pengaktivannya begitu tinggi, mungkin sangat jauh lebih tinggi dari reaksi-reaksi lain seperti reaksi-reaksi radikal bebas, sehingga reaksi radikal bebas ini lebih dulu terjadi.    
Bila etilena disinari dengan cahaya ultraviolet maka orbital pi akan terbentuk dari orbital π1 ke π2* dalam bebepa tetapi tidak semua dari molekul. Jika diamati homo suatu molekul tereksitasi (π2*) dan lumo. Suatu molekul berkeadaan dasar (π2*) akan tampak bahwa fase fase telah sesuai untuk berikatan.  Reaksi semacam ini mempunyai energi pengativan yang relatif rendah, dan disebut terizinkan-simetri (symmetry-allowed). Meskipun sikloetilena berlangsung dengan rendemen rendah, sikloadisi [ 2+2 ] yang terimbas cahaya mempunyai terapan sintetik. Demikian

b.      Sikloadisi [ 4+2 ]
Reaksi diels-alder merupakan sikloadisi [ 4+2 ] yang paling dikenal. Reaksi diels-alder memerlukan panas bukan cahaya ultraviolet. Kondisi eksperimen ini berbeda dengan sikloadisi [ 2+2 ]. Akan dibandingkan antraksi homo-lumo untuk keadaan dasar (untuk suatu reaksi terimbas-termal) dan antraksi untuk keadaan aksitasi (untuk reaksi terimbas-cahaya). Berdasarkan pengamatan dan eksperimen akan dijumpai bahwa antraksi-antraksi homo-lumo dari terimbas-termal bersifat terizinkan-simetri dan antraksi dari reaksi terimbas-cahaya bersifat telarang-simetri.
Akan digunakan sistem [ 4+2 ]  sederhana: sikloadisi 1,3-butadiena (diena-nya) dan etilena (dienofil-nya). Dalam reaksi terimbas-termal, dapat dibayangkan bahwa elektron pi “mengalir” dari homo (π2) dari diena ke lumo (π2*) dari dienofil. Reaksi ini bersifat terizinkan-simetri.
Gambar 5
Bila suatu diena tereksitesi oleh cahaya, homo-nya akan menjadi orbital π3* dan orbital molekul ini tidak dapat bertumpang-tindih dengan lumo dari dienofil. Karena itu siklisasi [4+2] terimbas-cahaya bersifat telarang-semitri.
Gambar 6

3.      Reaksi Elektrosiklik
Reaksi elektrosiklik adalah antar-ubahan (interconversion) serempak dari suatu poliena berkonjugasi dan suatu sikloalkena. Reaksi kebalikannya, yaitu reaksi pembukaan cincin, berlangsung dengan mekanisme yang sama, tetapi dengan arah berlawanan.
Reaksi elektrsiklik merupakan reaksi terimbas-termal atau fotokimia:
Gambar 7
Salah satu sifat dari reaksi elektrosiklik bahwa stereokimia dari produknya apakah reaksi itu terimbas termal atau terimbas cahaya. Misalnya, bila (2E,4Z)-heksadiena dipanaskan diproleh cis-dimetilsiklobutena. Namun bila diena disinari dengan cahaya ultaviolet, terbentuk trans-dimetil-siklobutena.
Gambar 8
  1. Siklisasi sistem 4n
Suatu poliena berkonjugasi menghasillkan suatu sikloalkana dengan tumpang tindih ujung ujung dari orbital p-nya dan rehibridisasi secara serempak atom-atom karbon yang terlibat dalam pembentukan ikatan, seperti 1,3-butadiena yang mempunyai 4n electron-pi.
Kedua cuping (lobe) dari masing-masing dari orbital p yang akan membentuk ikatan sigma baru dalam siklisasi ini dapat bersifat sefase atau berlawanan fase satu terhadap yang lain:
Gambar 9
Untuk membentuk suatu ikatan sigma, ikatan C-C harus berotasi sedemikian rupa sehingga orbital orbital p dapat bertumpang tindih ujung ke ujung. Untuk menghasilkan hal tersebut maka ikatan ikatan pi harus putus. Energi untuk pemutusan ikatan pi dan rotasi ikatan disediakan oleh panas dari luar atau cahaya ultraviolet. Suatu ikatatn sigma, sepasang cuping yang bertumpang tindih harus sefase setelah rotasi.
Terdapat dua cara yang berlainan agar ikatan-ikatan sigma C-C berotasi untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk menumpang tindihkan orbital p :
1.      Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dalam arah yang sama (keduanya searah jarum jam atau keduanya berlawanan arah dengan jarum jam). Tipe rotasi ini disebut sebagai gerakaan konrotasi (conrotatory motion)
2.      Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dengan arah yang berlainan, satu searah dan yang lain berlawanan dengan jarum jam. Tipe rotasi ini disebut gerakan disrotasi (disrotatori mation).

Gambar 10
Bila 1,3-butadiena dipanaskan, rekasi terjadi sejak keadaan dasar. Elektron-elektron yang akan digunakan untuk membentuk ikatan sigma berada dalam homo (π2). Agar terbentuk ikatan sigma baru rotasi harus berupa konrotasi.
Dalam siklisasi terimbas-cahaya, fase-fase orbital p dari homo (π3*) adalah kebalikan dari fase-fase dalam siklisasi termal oleh karena itu rotasi terizinkan-simetri berupa disrotasi dan bukan konrotasi.
Gambar 11

b.      Stereokimia dari suatu elektrosiklisasi 4n
[2E,4Z]-heksadien merupakan cis-dimetilsiklobutena dihasilkan oleh siklisasi termal dari isomer trans oleh fotosiklisasi.
Gambar 12
Dalam gerakan disrotasi, satu gugus metil berotasi keatas dan yang lain kebawah. Hasilnya adalah bahwa kedua gugus metil dalam produk adalah trans.
                 
Gambar 13
c.       Siklisasi sistem [4n+2]
1,3,5-heksatriena menunjukan orbital-orbital π, suatu poliena (4n+2). Dalam homo dari keadaan dasar (π3), orbital-orbital p yang membentuk ikatan sigma dalam siklisasi bersifat sefase. Siklisasi termal berlangsung dengan gerakan dirotasi.
Gambar 14
Siklisasi terimbas-cahaya berlangsung dengan gerakan konrotasi. Reaksi-reaski yang terizinkan-simetri dari sistem (4n+2) berlawanan dengan reaksi-reaksi dari 1,3-butadiena, suatu sistem 4n.
Gambar 15
Reaksi elektrosiklik terimbas-termal dari [2E,4Z,6Z]-dikatetraena merupakan contoh elektrosiklik yang sangat bagus. Tetraena merupakan suatu poliena 4n. Bila siklooktatriena ini dipanaskan pada temperatus yang sedikit lebih tinggi terjadi penutupan cincin elektrosiklik lain.
Gambar 16
4.      Penataan-ulang Sigmatropik
Penataan Ulang Sigmatropik ialah geseran intermolekul serempak dari suatu atom atau gugus atom. Contoh penataan-ulang Sigmatropik :
·         Penataan ulang Cope
1,5-heptadiena      3-metil-1,5-heksadiena
Gambar 17

·         Penataan ulang Claisen
Alil fenil eter               Bentuk keto                            o-alilfeno
(Bentuk enol)
Gambar 18

a.       Klasifikasi Penataan Ulang Sigmatropik
Penataan Ulang Sigmatropik dikelompokan berdasarkan sistem penomoran rangkap yang merunjuk keposisi –posisi relatif atom yang terlibat dalam perpindahan (migrasi). Metode klasifikasi ini berbeda dari metode untuk sikloadisi atau reaksi elektrosiklik yang dikelompokan berdasarkan banyaknya elektron π yang terlibat dalam keadaan transisi siklik.
Pengelompokan reaksi sigmatropik  paling tepat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
Gambar. 19
b.      Mekanisme Penataan Ulang Sigmatropik
Penataan ulang sigmatropik tipe [1,3] agak jarang sedangkan penataan ulang sigmatropik [1,5] cukup lazim. Perhatikan penataan ulang sigmatropik terimbas-termal berikut ini, yang merupakan geseran [1,3]:
Gambar. 20
Produk-produk pemaksapisahan hepotetis ini berupa sebuah atom hidrogen dan sebuah radikal alil, yang mengandung tiga elektron pi dan karena itu tiga orbital molekul π.
Gambar. 21
Geseran dari H radikal dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah. Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi, contohnya
Gambar. 22
Geseran dari H* dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah. Pertama, gugus berpindah dapat tetap pada satu sisi dari sistem orbital π, proses perpindahan ini disebut proses suprafasial (suprafacial process). Suatu perpindahan suprafasial dimungkinkan secara geometris, namun terlarang simetri.
Orbital 1s dari H                     terlarang simetri
HOMO                        Keadaan transisi
Gambar 23
Perpindahan kedua, suatu pergeseran sigmatropik [1,3] yang terizinkan simetri berlangsung, gugus berpindah (dalam hal ini H*) harus bergeser dengan proses antarafasial (antara facial process)—yakni, gugus itu harus berpindah ke muka bersebrangan dari sistem orbital.
Terizinkan simetri tetapi secara geometri sukar
Keadaan transisi
Gambar 24
Sementara terizinkan simetri, suatu penataan ulang sigmatropik antarfasial [1,3] dari H tidak disukai secara geometris sehingga pergeseran sigmatropik antarfasial [1,3] tidak mudah terjadi. Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi.
Jika diandaikan suatu pemaksapisahan ikatan homolitik untuk maksud analisis maka harus diperiksa orbital-orbital molekul π dari suatu radikal pentadienil yang mengandung lima elektron pi.

Gambar 25
Jika HOMO dari radikal ini dan simetri orbitalnya diperiksa, akan terlihat bahwa geseran [1,5] bersifat terizinkan simetri dan suprafasial.
Geseran suprafasial [1,5]
   bersifat terizinkan simetri
Gambar 26

II.2 Orbital Molekul Poliena Berkonjugasi
Suatu poliena berkonjugasi mengandung 4n atau (4n+2) elektron pi, dalam sistem berkonjugasinya dengan n adalah bilangan bulat. Untuk menganalisis reaksi-reaksi  perisiklik,  maka dipergunakan Pendekatan Fukui yang disebut metode orbital garis depan.
Dalam 2,4,6-oktatriena, enam orbital p digunakan dalam pembentukan molekul π. Jadi 2,4,6-oktadiena mengandung suatu sistem pi yang terbentuk dari 6 orbital  p, maka menghasilkan total 6 orbital molekul π. Ke 6 orbital molekul π yang digambarkan bersama dengan diagram orbital  π  dari keadaan dasar dapat dilihat pada gambar  berikut:

π6*
                                                                 5 bidang simpul




π5*                                                             4 bidang simpul





π4*                                                                   3 bidang simpul


















2 bidang simpul
 
π3                                                                                              

E






                                                            1 bidang simpul         
π2












  π1                                                                     Tak ada bidang simpul diantara inti
 


Gambar 27 Orbital molekul π bonding dan antibondingdari 2,4,6-Oktatriena
CH3 CH=CHCH=CHCH=CH CH3.

II.3Reaksi Sikloadisi 2,4,6-oktatriena
Senyawa 2,4,6-oktatriena yang direaksikan dengan 1,3-butadiena dapat mengalami reaksi sikloadisi [6+4]. Hal ini karena 2,4,6-oktatriena memiliki 6 elektron pi sedangkan 1,3-butadiena memiliki 4 elektron pi. Reaksi sikloadisi [6+4] adalah jenis sikloadisi antara sistem pi enam atom dan sistem pi empat atom, yang mengarah ke cincin beranggota sepuluh. Reaksi sikloadisi [6+4] merupakan reaksi sikloadisi tingkat tinggi. Berikut reaksi yang terjadi :









II.4Reaksi elektrosiklik 2,4,6-oktatriena










Dapat dilihat pada reaksi, 2,4,6-oktatriena dapat mengalami reaksi elektrosiklik melalui dua mekanisme. (2E, 4Z, 6E)-oktatriena dapat bereaksi menjadi cis 5,6-dimethyl-1,3-cyclohexadiena dengan gerakan disrotasi. Sementara itu  (2E, 4Z, 6Z)-oktatriena dapat bereaksi menjadi cis 5,6-dimetil-1,3-sikloheksadiena dengan gerakan konrotasi.
Sebaliknya (2E, 4Z, 6E)-oktatriena dapat bereaksi menjadi trans 5,6-dimethyl-1,3-cyclohexadiena dengan gerakan konrotasi dan (2E, 4Z, 6Z)-oktatriena dapat bereaksi menjadi trans 5,6-dimetil-1,3-sikloheksadiena dengan gerakan disrotasi.

II.5Penataan-ulang Sigmatropik 2,4,6-oktatriena
Penataan ulang sigmatropik merupakan geseran intra molekul serempak dari suatu atom atau gugus atom penyusun. Penataan ulang Sigmatropik 2,4,6-oktatriena sebagai berikut:








BAB III
PENUTUP

III.1   Kesimpulan
1.      Reaksi perisiklik merupakan reaksi serempak yang berlangsung dalam suatu deret siklis elektron pada keadaan transisinya. Reaksi perisiklik terjadi pada diena ataupun poliena terkonjugasi yang berlangsung dengan mekanisme serempak seperti reaksi SN2.
2.      Reaksi perisiklik terbagi menjadi tiga macam yaitu reaksi Diels-Alder, reaksi elektrofilik dan penataan ulang sigmatropik.
3.      Senyawa 2,4,6-oktatriena yang direaksikan dengan 1,3-butadiena dapat mengalami reaksi sikloadisi [6+4].
4.      2,4,6-oktatriena dapat mengalami reaksi elektrosiklik melalui dua mekanisme. (2E, 4Z, 6E)-oktatriena dapat bereaksi menjadi cis 5,6-dimethyl-1,3-cyclohexadiena dengan gerakan disrotasi. Sementara itu  (2E, 4Z, 6Z)-oktatriena dapat bereaksi menjadi cis 5,6-dimetil-1,3-sikloheksadiena dengan gerakan konrotasi.
5.      Penataan ulang Sigmatropik 2,4,6-oktatriena menjadi 2-dimetil,1,5-heksadiena.
III.2 Saran - Saran
1.      Mahasiswa harus paham dan mengerti contoh – contoh senyawa perisiklik serta mengerti karakter-karakter atau sifat – sifat dari senyawa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, 1985. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
PINE, Stanley H. 1988. Kimia Organik Jilid 2. Bandung : ITB-Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar